Sejak jatuh dalam dosa manusia harus menanggung akibatnya: terusir dari taman Eden dan harus mengalami penderitaan serta kesulitan. Namun di balik penderitaan yang harus dialami oleh manusia akibat dosa tercipta kesempatan bagi Allah untuk menyatakan kasih dan karyaNya yang agung melalui Yesus Kristus (Yohanes 3:16).
Kita harus memahami bahwa setiap masalah atau penderitaan yang terjadi dalam hidup ini pada dasarnya mendatangkan kebaikan bagi diri kita. Begitu pula karakter yang ada dalam diri seseorang (ketaatan, ketekunan, kesetiaan, iman dan sebagainya) dikembangkan melalui proses ujian dan penderitaan.
Selama kita hidup tak henti-hentinya kita akan diuji dan diproses seperti tanah liat di tangan Penjunan. "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." (Yeremia 18:4).
Jadi sadarilah bahwa setiap saat kita berada dalam perhatian dan pengawasanNya. Lalu, mengapa Tuhan tidak pernah berhenti menguji kita? Tuhan hendak mengetahui sejauh mana kesetiaan dan ketekunan kita mengiring Dia.
Banyak orang tidak tahan saat berada dalam ujian dan akhirnya berubah sikap terhadap Tuhan: tidak lagi setia beribadah, tidak lagi tekun berdoa dan tidak lagi menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidupnya.
Untuk mengetahui kesetiaan kita melakukan perkara-perkara yang dipercayakanNya pada kita, untuk mengetahui kemurnian hati kita melayaniNya, dan untuk membuat kehidupan kita semakin berkenan dan indah di hadapanNya, kita terus diujiNya!